RajaBackLink.com

Gowa Butuh Pemimpin Baru

Gowa Butuh Pemimpin Baru

star7tv.com – GOWA – mungkinkah terjadi kejenuhan dalam politik yang dikuasai satu klan saja? Jawabannya, pasti. Dan itu telah banyak terjadi diberbagai negara dalam skala politik tertentu. Tidak saja pada negara yang baru “belajar”  berdemokrasi, tapi juga terjadi pada negara yang sudah mapan dalam segala hal.

Ini kita bisa saksikan perjalanan kekuasaan keluarga Kennedy di Amerika Serikat  pada era 50an hingga akhir 70an. Di bawah  bendera Partai Demokrat, dinasti  Kennedy menguasai percaturan  politik  Amerika  Serikat  dalam kurun waktu hampir empat dasawarsa.

Dalam lingkup yang lebih kecil, pengalaman demokrasi yang terjadi di Kabupaten Gowa dalam hampir tiga puluh tahun di “kuasai” oleh dinasti, nyaris sama yang terjadi dihampir sepertiga propinsi di Indonesia di mana kekuasaan  itu hanya “diperebutkan” oleh satu kelompok keluarga yang diasumsikan punya “darah” memimpin.(15/6/2022)

Suatu pernyataan yang tidak didasari oleh teori ilmu politik dan pemerintahan, meskipun itu terjadi. Secara empiris, memang apa yang terjadi itu adalah suatu fenomena yang “menyinpang” dari apa yang seharusnya terjadi. Itu disebabkan beberapa faktor, pertama, bahwa edukasi berdemokrasi sangat minim dilakukan oleh lembaga lembaga politik, partai politik dan penyelenggara demokrasi, dalam mengenali dampak yang terjadi bila demokrasi itu tidak disosialisasikan secara simultan  serta berkesinambungan, ke dua, upaya massif oleh kelompok tertentu memengaruhi rakyat bahwa nilai patriotisme yang ditunjukkan oleh seorang tokoh  haruslah  mendapatkan “penghargaan” dengan menjadikan anak keturunannya mendapatkan atau diberikan  kekuasaan sebagai “imbalan” atas kesejarahan yang dibuat sang tokoh, ke tiga, sebagian rakyat mempunyai  sikap politik yang seyogyanya mereka mainkan dalam ikut “meramaikan” pesta demokrasi itu menjadi sesuatu yang tidak menarik dan ke empat,  diakui atau tidak memang ada ambisi yang terbungkus rapi untuk berada dalam kekuasaan dan jika dimungkinkan dalam waktu relatif lama.

Namun, sayang dan celakanya, tidak ada contoh suatu negara atau daerah yang menganut sistem demokrasi ala dinasti, selain tentu saja dalam sistem kerajaan, yang menunjukkan hasil yang baik dan membuat masyarakatnya sejahtera.

Perubahan yang terjadi bukan dikarenakan oleh kepemimpinan berlatar dinasti, tetapi perubahan yang terjadi, termasuk di dalamnya kemajuan,  adalah buah dari usaha rakyat itu sendiri.

Fasilitasi yang diberi oleh kekuasaan hanyalah keniscayaan aturan yang harus diikuti. Pun hal ini terjadi di Kabupaten Gowa. Kita dan siapa saja dapat menyaksikan perubahan signifikan apa yang terjadi dalam kurun waktu tiga dasawarsa di bawah kekuasaan  dinasti.

Olehnya itu Gowa  membutuhkan pemimpin baru yang memang punya pengalaman pemerintahan serta ilmu pemerintahan yang cukup.

Saya termasuk orang yang sangat miris lagi sedih ketika ada orang yang mengatakan bahwa kepemimpinan itu hanya diperlukan oleh orang mau bekerja dan bekerja dengan menafikan kecerdasan. Asumsi semacam itu merupakan “penghinaan” terhadap apa yang dianugerahkan sang Pencipta kepada hambanya.

Alimuddin Tiro yang saya kenal
Saya berteman sejak kecil. Bahkan bersama sama ikut latihan “ganrang   bulo”, permainan tradisional dengan bambu pada awal 70an. Pertemanan yang sudah berlangsung lebih dari setengah abad.  Saya amat mengenali karakter dan kapasitas dan kapabilitas seorang Alimuddin Tiro. Pria yang lebih tua setahun dari saya, tepatnya 16 Agustus 1963, telah berkarier mulai dari bawah hingga menempati beberapa posisi. Mulai dari jadi Lurah, Sekcam, camat, Kepala bagian  asisten dan kasatpol pamong praja. Sebuah gambaran betapa dia telah sarat dengan pengalaman kepemerintahan yang cukup. Selain itu, orangnya sederhana, ramah dan mudah bergaul. Punya gagasan dan ide yang cukup menarik. Bukan hanya itu, dia juga seorang “guru” yang bisa membawakan firman Allah.

Tapi dia tidak mau dipanggil ustadz. Dia lebih suka disapa dengan menyebut namanya. Alimuddin Tiro yang punya empat orang anak ini, memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai karakter orang Gowa. Rakyat Gowa membutuhkan sosok pemimpin seperti dia, ada ketegasan sikap yang tersimpul dalam kepemimpinannya. Ini dapat kita lihat dalam berbagai kebijakan yang dilaksanakannya secara konsisten. Selain itu, Alimuddin Tiro punya kecakapan dalam mengolah kata dan senantiasa menarik ketika dia berorasi.

Artinya, itu bisa dia lakukan sebab dia menguasai informasi serta gesture komunikasi yang apik. Ketika dia menjadi camat di Bontonompo Selatan dan juga Bontonompo. Yaitu tumbuhnya sektor pertanian dan mendorong desa dan kelurahan untuk menciptakan sumber daya ekonomi dari hasil bumi. Keragaman komoditas di wilayahnya dia pasarkan, mencarikan pembeli dan memberdayakan masyarakat  dipedesaan dengan keterampilan yang dimiliki oleh warganya.

Berikut beberapa diskursus yang akan dikembangkannya ketika rakyat Gowa bersepakat memilih pemimpin baru yang terlepas dari klan tertentu yang justru tidak melahirkan hal baharu, tapi justru hanya menjadi “penikmat” dari kekuasaan itu sendiri.

9 pokok program
Alimuddin Tiro yang sangat menghargai nilai nilai sejarah sebagai simbol penghormatan dari cita cita luhur BateSalapang. BateSalapang ini merupakan dewan penasehat Raja sekaligus Majelis Permusawaratan Tertinggi Kerajaan  yang mengukuhkan jabatan Raja Gowa. Sebagai penguasa wilayah Bate Salapang ini juga merupakan perpanjangan tangan Raja dalam memenej pemerintahannya. Atas dasar itu, Alimuddin Tiro mengambil jumlah sembilan sebagai program pokok yang akan dilakukannya jikalau saja Rakyat Gowa berdaulat  dalam memilih pemimpinnya.

Pertama, orientasi pendidikan yang selama ini berlaku Kelas Tuntas Berkelanjutan tidak membuahkan hasil yang cukup baik. Ini perlu di evaluasi dengan bertumpu pada kualitas luaran yang munpuni ini merupakan hal yang sangat urgen untuk nanti dibenahi pada semua unsur kependidikan, Ke dua, sistem pendamping dari Jaminan Kesehatan Nasional tidak lagi hanya mendasarkan pengobatan gratis pada pelayanan kesehatan dasar, namun harus ditangani secara menyeluruh.

Kontribusi pemda untuk mendorong peningkatan kualitas layanan kesehatan serta sarana dan prasarana memadai menjadi suatu keniscayaan, khususnya yang jauh dari jangkauan pelayanan oleh puskesmas, Ke tiga, sektor pertanian seyogyanya mendapatkan perhatian, termasuk industri pertanian yang lebih kohe renpada peran petani yang lebih baik lagi, juga subsidi pupuk oleh pemerintah daerah.

Paling tidak jangkauan kemampuan petani untuk mendapatkan pupuk murah harus terus digalakkan, Ke empat, pemanfaatan lahan yang lebih ekonomis dengan mendorong masuk nya investor.

Upaya membangkitkan animo dunia usaha untuk menanamkan modalnya dengan sejumlah kompensasi yang diberikan kepada mereka, Ke lima, pertumbuhan ekonomi harus selaras dengan angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Oleh sebab itu target untuk periode kepemimpinan harus mampu menciptakan lapangan kerja untuk 500 ribu orang. Dengan kata lain, pekerja produktif  harus terserap dalam bursa tenaga kerja setiap tahunnya paling sedikit 100 ribu orang.

Ini tidak hanya jumlah pekerjaan yang tersedia di  Gowa saja tetapi termasuk tenaga terampil yang mampu bersaing dalam memenuhi lowongan kerja yang ada di seluruh wilayah Indonesia, ke enam, dalam rangka mendorong kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah nanti nya akan memberikan beasiswa paling tidak 1000 orang pertahun secara berkelanjutan mulai jenjang pendidikan strata dua  dan tiga, Ke tujuh, memperbaiki kesejahteraan para pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak (P3K) akan diperbaiki kesejatreaannnya melalui pemberian tunjangan kinerja, jenjang karier yang jelas, tidak boleh ada pegawai yang menjadi “korban” politik sehingga kariernya  mentok alias jalan di tempat, padahal boleh jadi mereka punya kualitas yang bagus.

Pemerintahan tidak boleh direcoki oleh  dampak politik dari proses pemilihan kepala daerah. Rekonsiliasi dan merangkul semua potensi yang ada merupakan keharusan untuk diterapkan. Seorang pemimpin tidak boleh   ada “dendam” politik. Itu model kepemimpinan yang “kerdil”, Ke delapan, peningkatan pendapatan asli daerah minimal 4 kali lipat selama periodisasi kepemimpinan  artinya, pada akhir masa jabatan akan mencapai empat kali lipat dari sebelumnya. Ini bukan sesuatu yang tidak rasional.

Ambisi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah nantinya akan disusun dalam sejumlah program strategis. Pendapatam ini sebagaibsalah satu sumber pembaiyaan infrastruktur jalan diseluruh pelosok ke Sembilan, komitmen penting untuk memegang tampuk kekuasaan hanya untuk satu periode dan menjadikan rumah jabatan Bupati dan Wakil Bupati sebagai rumah aspirasi di luar lembaga resmi untuk menyampaikan pendapat, masukan maupun usulan. Inilah model kepemimpinan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam mengambil keputusan selain lembaga legislatif.

Sembilan program pokok ini kemudian akan diuraikan lebih lanjut dalam 27 program strategis. Secara dini apa yang ada dalam pikiran Alimuddin Tiro untuk mensisialisasikan program ini agar rakyat tahu dan lebih dalam memilih dan memilih pemimpinnya. Bukan hanya sekedar pilihan emosional dan konservatif.
(Kul indah)

 





Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *