Mengapa Kamu Perlu Membeli Perabot Rumah yang Berkualitas

Mengapa Kamu Perlu Membeli Perabot Rumah yang Berkualitas

Sesuatu yang berkualitas bisa menjadi investasi untuk jangka panjang. Bicara soal investasi, pikiran kita sering langsung melayang ke emas, saham, atau reksa dana. Padahal, ada bentuk investasi lain yang tak kalah penting namun sering diabaikan, perabot rumah tangga berkualitas. Kasur yang nyaman, kulkas yang awet, hingga mesin cuci hemat energi bukan sekadar pelengkap rumah, tapi aset produktif yang memberi manfaat nyata dalam jangka panjang.

Sayangnya, banyak orang masih menganggap perabot rumah tangga hanya soal kenyamanan. Akibatnya, keputusan membeli sering ditunda, diganti dengan versi paling murah, atau bahkan dianggap tidak mendesak. Padahal, kualitas perabot bisa memengaruhi kesehatan, efisiensi waktu, bahkan kondisi finansial kita.

Kenapa Perabot Rumah Tangga Bisa Disebut Investasi?

Investasi pada dasarnya adalah menempatkan uang di suatu aset dengan harapan memberi manfaat lebih di masa depan. Nah, perabot rumah tangga juga bekerja dengan logika yang sama.

Misalnya kasur yang baik membuat kualitas tidur meningkat, tubuh lebih sehat, produktivitas kerja naik. Jika dihitung, tubuh yang sehat akan mengurangi biaya berobat dan meningkatkan peluang karier.

Lalu, kulkas hemat energi membuat makanan lebih awet, konsumsi jajan di luar berkurang, kesehatan lebih terjaga. Efeknya bukan hanya hemat uang, tapi juga mengurangi potensi penyakit akibat makanan tidak segar.

Sementara mesin cuci otomatis, waktu mencuci yang tadinya 2–3 jam bisa dipangkas jadi 30 menit. Waktu ekstra ini bisa dipakai untuk bekerja sampingan, mengurus anak, atau sekadar istirahat yang berkualitas.

Jika dihitung secara kasar, perabot ini bukan hanya memenuhi kebutuhan dasar, tetapi juga menghasilkan “return” berupa penghematan waktu, biaya, dan kesehatan.

Kesalahan Umum Saat Membeli Perabot

Meski perabot rumah tangga punya peran besar dalam kualitas hidup, banyak orang justru terjebak dalam kesalahan saat membelinya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Hanya mengejar murah

Barang dengan harga miring memang terlihat menggoda. Namun, kualitas sering kali dikorbankan. Misalnya, memilih mesin cuci murah tanpa memperhatikan merek dan ketahanan, alhasil dalam 2 tahun sudah rusak dan harus diganti. Jika dibandingkan, membeli produk berkualitas dengan umur pakai 7–10 tahun justru lebih hemat dalam jangka panjang. Jadi, murah belum tentu benar-benar hemat.

2. Tidak memikirkan efisiensi energi

Saat membeli kulkas atau AC, banyak orang hanya fokus pada harga awal, padahal konsumsi listrik justru yang memberi pengaruh jangka panjang. Produk dengan teknologi hemat energi memang bisa lebih mahal di awal, tapi selisih harga itu biasanya tertutup dalam beberapa tahun berkat tagihan listrik yang lebih rendah. Dalam horizon 5–10 tahun, produk hemat energi bisa menghemat jutaan rupiah.

3. Menunda terlalu lama

Ada juga orang yang terlalu ragu untuk membeli, menunda berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Akibatnya, justru keluar biaya tambahan karena harus mencari alternatif lain yang lebih mahal. Misalnya, karena belum punya mesin cuci, akhirnya rutin laundry kiloan setiap minggu. Jika dihitung setahun, biaya laundry bisa lebih besar daripada cicilan mesin cuci itu sendiri.

Bagaimana Cara Merencanakannya?

Agar tidak salah langkah, berikut beberapa cara praktis merencanakan pembelian perabot rumah tangga:

1. Buat daftar prioritas

Tidak semua perabot harus dibeli sekaligus. Bedakan mana yang sifatnya esensial (kasur, kulkas, mesin cuci, kompor) dengan yang hanya menambah kenyamanan atau gaya hidup (TV layar besar, home theater, dekorasi mewah). Dengan begitu, dana bisa difokuskan dulu ke kebutuhan pokok yang benar-benar berdampak pada efisiensi hidup.

2. Hitung manfaat ekonominya

Sebelum membeli, tanyakan: “Apakah barang ini bisa menghemat biaya, waktu, atau memberi dampak kesehatan yang lebih baik?”

Mesin cuci: mengurangi biaya laundry.

Kulkas: menekan pengeluaran makan di luar.

Kasur ergonomis: mengurangi biaya kesehatan jangka panjang akibat masalah tidur.

Kalau jawabannya “ya”, artinya pembelian ini lebih dekat ke investasi daripada sekadar konsumsi.

3. Cari kualitas, bukan sekadar harga

Saat membandingkan produk, jangan hanya melihat angka di label harga. Perhatikan juga review pengguna, durasi garansi, dan efisiensi energi. Produk dengan garansi lebih panjang biasanya menandakan produsen percaya diri pada ketahanan barangnya. Itu artinya, risiko biaya tambahan untuk perbaikan bisa ditekan.

4. Atur anggaran khusus

Sisihkan sebagian penghasilan setiap bulan sebagai dana pembelian perabot. Prinsipnya mirip seperti menabung untuk dana pendidikan atau liburan. Dengan alokasi khusus ini, pembelian tidak akan mengganggu kebutuhan pokok seperti cicilan rumah, biaya makan, atau transportasi. Kalau perlu, gunakan instrumen keuangan sederhana seperti tabungan berjangka atau deposito jangka pendek agar dana lebih terjaga dan tidak mudah terpakai.

Masalahnya, harga perabot rumah tangga penting sering kali tidak kecil. Kulkas, mesin cuci, atau kasur yang bagus bisa mencapai jutaan rupiah. Tidak semua orang punya tabungan cukup untuk langsung membeli.

Di sinilah pinjaman cepat bisa berperan. Pinjaman bisa jadi jembatan agar kamu segera mendapatkan manfaat dari perabot rumah tangga tanpa menunggu terlalu lama.

Nah, bagi yang membutuhkan pinjaman cepat untuk beli perabot rumah berkualitas, kamu bisa menggunakan Neo Pinjam di neobank dari Bank Neo Commerce. Produk pinjaman online proses cepat ini menyediakan limit hingga Rp100 juta dengan tenor bervariasi sampai 24 bulan. 

Ditambah, pinjaman online proses cepat di Neo Pinjam juga bebas biaya admin saat pencairan. Meskipun mudah dan cepat, pengajuan kamu tetap melalui evaluasi kelayakan untuk menjaga keamanan pengguna dan mencegah risiko kredit bermasalah.

Download neobank di PlayStore atau App Store dan ajukan pinjaman di Neo Pinjam sekarang. Kunjungi link Neo Pinjam untuk tahu info lengkap serta syarat & ketentuan mengenai Neo Pinjam.

***

PT Bank Neo Commerce Tbk berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) & Bank Indonesia (BI), serta merupakan bank peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Artikel ini juga tayang di Vritimes