Jakarta, Star7 TV– 15 Juli 2025- Fenomena lulusan sarjana (S1) yang harus banting setir menjadi asisten rumah tangga (ART), sopir pribadi, hingga petugas keamanan (security) semakin banyak terjadi di Indonesia. Realitas ini mencerminkan betapa gelar pendidikan tinggi tak lagi menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ketua Ikatan SDM Profesional Indonesia (ISPI), Ivan Taufiza, mengungkapkan bahwa fenomena ini bukanlah hal baru. Bahkan, dirinya telah menyaksikan langsung kasus serupa sejak awal kariernya di pertengahan era 90-an.
“Fenomena ini sebenarnya nggak baru di Indonesia. Sejak saya pertama kerja tahun 1995, security saya itu lulusan S2. Serius nih, saya kerja di perusahaan minyak, dan satpam di sana S2 lulusan Sastra Inggris UGM,” ungkap Ivan kepada detikcom.
Menurut Ivan, persoalan mismatch atau ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dan lapangan pekerjaan yang tersedia memang sudah menjadi persoalan struktural di dunia ketenagakerjaan Indonesia. Sayangnya, isu ini baru belakangan mendapat sorotan lebih luas dari publik.
Kondisi tersebut juga diperparah oleh ketatnya persaingan kerja dan minimnya lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian dan jurusan lulusan perguruan tinggi. Tak sedikit sarjana yang akhirnya memilih pekerjaan di luar bidangnya demi memenuhi kebutuhan hidup.
ISPI menilai perlunya langkah konkret dari pemerintah dan dunia industri untuk mengatasi persoalan ini, mulai dari penguatan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja, hingga penyediaan pelatihan keterampilan baru (reskilling dan upskilling) yang relevan dengan kebutuhan pasar.
Fenomena lulusan perguruan tinggi menjadi pekerja informal atau sektor rendahan bukan hanya soal kualitas lulusan, tapi juga sistem ketenagakerjaan yang belum mampu menyerap SDM sesuai potensinya.
Reporter”,(Kul indah)
Sumber: detikcom
